<!--[if gte mso 9]><xml>
Mengikut Tuhan dibutuhkan komitmen yang sungguh-sungguh serta motivasi yang murni, sebab kita akan menghadapi banyak kesulitan dan juga penderitaan. (Filipi 1:29). Tuhan tidak pernah berjanji kalau kita mengikut Dia perjalanan hidup kita akan bebas hambatan. Bahkan murid-muridNya pun yang senantiasa bersama-sama denganNya juga mengalami apa yang disebut dengan masalah atau kesulitan.
Contohnya saat mereka berada satu perahu dengan Tuhan
Yesus sekonyong-konyong datanglah angin ribut/taufan yang sangat dahsyat
sehingga mereka menjadi takut dan panik. Tentunya angin ribut itu bukan angin
ribut biasa sehingga mereka takut, karena sebagian besar murid itu notabene
adalah nelayan, sudah terbiasa menghadapi badai dan gelombang saat berada di
lautan. Ini membuktikan badai itu benar-benar dahsyat dan berada di luar batas
kemampuan mereka menghadapinya.
Reaksi yang ditunjukkan para murid sama dengan reaksi kita ketika badai
permasalahan datang menerpa; kita tidak lagi dapat melihat permasalahan sebagai
proses ujian, tetapi sebagai beban yang melemahkan iman dan merampas sukacita
kita. Kita sangat panik dan kuatir sehingga berusaha mengatasinya secepat
mungkin menurut akal dan cara kita sendiri. Kita marah dan menyalahkan Tuhan dengan berkata, “Guru, Engkau tidak perduli
kalau kita binasa?” (Markus 4:38b). Perihal ujian dan percobaan yang kita alami Yakobus berkata, “Saudara-saudaraku,
anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-baai
percobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan.”
(Yakobus 1:2-3).
Melihat kepanikan mereka Yesus keras menegur, “Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?” (Markus
4:40). Tidak seharusnya para murid takut karena ada Yesus di tengah-tengah
mereka. Bukankah mereka selalu terlibat dalam pelayanan Yesus dan melihat
perbuatan-perbuatan ajaib yang dikerjakan Gurunya selama ini? Sering terlontar dari mulut kita, “Berapa
lama lagi, Tuhan, aku berteriak, tetapi tidak Kaudenger, aku berseru kepadaMu:
‘Penindasan!’ tetapi tidak Kautolong?” (Habakuk 1:2). Kita melihat
masalah itu seperti ‘Goliat’yang secara kasat mata sepertinya sulit untuk
dikalahkan. Yesus serasa begitu ‘kecil’ di penilaian kita.
Camkanlah dalam-dalam! Tuhan kita adalah Penguasa alam semesta ini, artinya Dia
mempunyai kedaulatan penuh atas seluruh ciptaanNya. Badai dan gelombang yang
begitu dahsyat langsung berhenti dan danau menjadi teduh ketika Tuhan menghardiknya, “ ‘Diam! Tenanglah!’ Lalu
angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali.” (Markus 4:39).
Ketika Ia mengajak murid-muridNya ke danau Ia tahu akan datang badai gelombang.
Ia mengijinkan hal itu terjadi untuk menguji iman mereka. Sesungguhnya melalui
kesulitan dan penderitaan Tuhan ingin menjadikan anak-anakNya dewasa rohani,
bukan ‘bayi rohani’ terus yang hanya bisa merengek dan selalu minta
diperhatikan.
Kita harus kuat menghadapi kesulitan apa pun karena ada Yesus bersama kita, Dia
tidak akan membiarkan kita sendiri menghadapi semua itu. Tuhan tahu sampai di
mana batas kemampuan kita, Dia tidak akan membiarkan kita dicobai sedemikian rupa sampai di luar batas kemampuan kita. Jadi, “Percobaan-percobaan yang kamu alami ialah percobaan-percobaan
biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu
Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu
dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat
menanggungnya.” (1 Korintus 10:13).
Bagaimana mungkin buah zaitun akan menghasilkan minyak bila tidak ditekan?
Akankah buah anggur menjadi arak kalau tidak diperas begitu rupa? Sepatutnya
kita bersyukur bila Tuhan masih berkenan mendidik kita melalui masalah sehingga
kita boleh mendapat pengalaman berjalan bersama Dia. Dengan demikian iman kita
semakin bertumbuh dan pada saatnya kita beroleh kekuatan untuk mengerjakan
pekerjaanNya.
Dengan masalah sesungguhnya kita sedang dipersiapkan untuk melakukan perkara-perkara besar!